Kamis, 21 Agustus 2014

Untitled (Between The Lines)


Aku tinggal di menara tertinggi dengan beberapa aturan yang membelenggu kaki, tangan, pikiran, dan hatiku
Dia dengan sebuah kata bebas yang menempel lekat di dahinya dan tanpa sedikitpun aturan yang merekat padanya
Kita bagaikan sebuah hari dan petang,


Aku hidup dan berdiri dari sebuah cara, aturan, dan adat istiadat yang diberlakukan keras
Dia tinggal dan menjalani hidupnya dengan kata hati dan caranya sendiri
Kita bagaikan bumi dan langit
Aku hanyalah sebuah kewajaran hidup yang benar-benar menjalaninya dengan senormal-normalnya dan begitu membosankan
Dia menikmati setiap detikan waktu yang berjalan dengan harapan, dan sebuah sukacita dalam duka yang tak tampak.
                Dari semua perbedaan yang kita dapati, aku begitu tertarik akan dunianya, dunia yang jauh berbeda dari dunia yang aku jalani kini. Dia adalah seorang yang dapat menikmati cahaya pagi hingga gemerlapan lampu kota di malam hari. Sedangkan aku hanyalah orang pagi yang selalu menunggu datangnya malam dalam terang bulan di dalam sebuah ruang.
                Dan bahkan yang baik tak selalu tampak nyaman. Dan yang buruk tak selalu berkesan kusam. Dan bahkan kata terlalu baik bagiku terasa tak begitu enak terdengar dan kata terlanjur jatuh baginya terdengar masih ada sebuah harapan bagiku.
                Suatu hari aku akan menemuinya dan mengatakan bahwa kita bukanlah hanya sekedar sebuah sepatu. Suatu hari kita akan duduk bersama dan saling berbagi dua dunia yang berbeda itu dalam secangkir teh.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar