Aku tinggal
di menara tertinggi dengan beberapa aturan yang membelenggu kaki, tangan,
pikiran, dan hatiku
Dia dengan
sebuah kata bebas yang menempel lekat di dahinya dan tanpa sedikitpun aturan
yang merekat padanya
Kita
bagaikan sebuah hari dan petang,
Aku hidup
dan berdiri dari sebuah cara, aturan, dan adat istiadat yang diberlakukan keras
Dia tinggal
dan menjalani hidupnya dengan kata hati dan caranya sendiri
Kita
bagaikan bumi dan langit
Aku
hanyalah sebuah kewajaran hidup yang benar-benar menjalaninya dengan
senormal-normalnya dan begitu membosankan
Dia menikmati
setiap detikan waktu yang berjalan dengan harapan, dan sebuah sukacita dalam
duka yang tak tampak.
Dari semua perbedaan yang kita
dapati, aku begitu tertarik akan dunianya, dunia yang jauh berbeda dari dunia
yang aku jalani kini. Dia adalah seorang yang dapat menikmati cahaya pagi
hingga gemerlapan lampu kota di malam hari. Sedangkan aku hanyalah orang pagi
yang selalu menunggu datangnya malam dalam terang bulan di dalam sebuah ruang.
Dan bahkan yang baik tak selalu
tampak nyaman. Dan yang buruk tak selalu berkesan kusam. Dan bahkan kata
terlalu baik bagiku terasa tak begitu enak terdengar dan kata terlanjur jatuh
baginya terdengar masih ada sebuah harapan bagiku.
Suatu hari aku akan menemuinya
dan mengatakan bahwa kita bukanlah hanya sekedar sebuah sepatu. Suatu hari kita
akan duduk bersama dan saling berbagi dua dunia yang berbeda itu dalam
secangkir teh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar