Kamis, 21 Agustus 2014

Untitled (Between The Lines)


Aku tinggal di menara tertinggi dengan beberapa aturan yang membelenggu kaki, tangan, pikiran, dan hatiku
Dia dengan sebuah kata bebas yang menempel lekat di dahinya dan tanpa sedikitpun aturan yang merekat padanya
Kita bagaikan sebuah hari dan petang,

Bahagia sederhana itu..

Sebuah pesan yang tersirat atas permasalahannya...
Bagaimana aku melihat sebuah harapan dan angan dari seseorang yang begitu besar akan berharganya nilai sebuah “mata uang” membuatku terinspirasi untuk menulis cerita ini:
Selalu membanding-bandingkan kedudukan, posisi, kebahagiaan, kesedihan, dan tingkat kasih sayang dari mata sebuah rupiah dan mulai menanyakan padanya “apakah dia menaruh uang diatas segala-galanya?” Sehingga tolok ukur keduniawian kau ukur dari sudut sebuah mata uang. Cobalah pikir kembali dan renungkan sobat. 

My Enemy was My True Friend


        Some people might say that senior high school moment is the best moment for them to remember, but it is not happen to me. The best moment ever was during my junior high school. In junior high school, my fun teen age was coloring in every corner of the junior high school wall. Friends, assignments, tests, school magazines, school events, and even enemies had been the excitement for my days, especially for my third grade.
            My third grade in junior high school was the best unforgettable moment. The last year of my third grade was the last moment when I knew about him. Yap, he was an enemy that I knew but actually he was the true friend ever.