Kamis, 21 Agustus 2014

Bahagia sederhana itu..

Sebuah pesan yang tersirat atas permasalahannya...
Bagaimana aku melihat sebuah harapan dan angan dari seseorang yang begitu besar akan berharganya nilai sebuah “mata uang” membuatku terinspirasi untuk menulis cerita ini:
Selalu membanding-bandingkan kedudukan, posisi, kebahagiaan, kesedihan, dan tingkat kasih sayang dari mata sebuah rupiah dan mulai menanyakan padanya “apakah dia menaruh uang diatas segala-galanya?” Sehingga tolok ukur keduniawian kau ukur dari sudut sebuah mata uang. Cobalah pikir kembali dan renungkan sobat. 


Kau bahagia dan tertawa ria saat uang kau rengkuh erat, tetapi ketika uang menghilang dalam dekapanmu, kau mulai bersedih dalam keluh kesahmu dan mulai menyalahkan orang-orang sekitar, beserta masa mudamu. Kenapa tak terpikir sedikit olehmu untuk merenung sejenak dan sekedar bercerita kepada Tuhanmu pada sela-sela kebahagian dan dukamu tanpa ada campur tangan sebuah mata uang.
Lihatlah diriku kawan pada hal yang biasa kulakukan dan bayangkanlah dikala sedihmu dan dukamu ingatlah selalu pada-Nya. Bersyukurlah atas sebuah cobaan yang masih dapat kau terima sebagai peringatan bahwa Tuhan masih peduli dan menyayangimu, kemudian mintalah keringanan pada-Nya jika memang cobaan yang kau terima begitu memberatkanmu.  Karena sesungguhnya Tuhan tak pernah memberi sebuah masalah atau duka yang tak dapat kau atasi sendiri. Dan diwaktu sukamu, ingatlah ketika kau pernah terpuruk, segala kedukaanmu renungkanlah kembali, maka akan kau dapat rasa syukur atas segala usaha yang telah engkau rengkuh dan membuahkan hasil yang baik.

Kembali renungkanlah dan selalu bercermin kedalam dirimu bahwa sebenarnya sumber segala masalah tak lain dan tak beda yaitu jauh didalam dirimu sendiri dan hanya kamulah yang bisa mengatasinya.
Karena ingatlah kawan, kita hidup di dunia ini hanyalah bagaikan sehelai kapas putih tipis yang mudah rapuh terkena air dan mudah hancur tak bersisa jika terkena api. Kita hanyalah dapat bergerak maju kesana-kemari mengikuti arah tiupan angin tanpa perlu mengejar angin hingga waktu memutuskan kita untuk beristirahat dari perjalanan panjang tersebut.
Bahagia itu mudah sobat, tak perlu mengeluarkan banyak uang hanya untuk menjernihkan pikiran. Bahagia itu cukup dengan bisa berkumpul sanak saudara, dan teman-teman untuk sekedar bertukar rindu, bercerita, dan bersenda gurau dengan orang-orang terkasih kita. Mengunjungi sawah, melihat pemandangan sekitar, padi yang mulai menguning, air sungai, suasana pedesaan, tanaman yang menghijau segar, serta padang rumput yang membentang luas mententramkan jiwa. Dan beberapa kebahagiaan lain yang dapat kita rangkul sekaligus dengan mudah tapi sebanding dengan banyaknya kebahagiaan yang kita dapat. Kebahagiaan murni tiada tara tanpa ada campur tangan keduniawian.

Cobalah kawan renungkan kembali dan nikmatilah sepersekian detik waktu dihidupmu dengan menanggalkan sedikit banyaknya masalah keduniawian yang terasa berat dalam beban hidupmu.
Karena aku cukup tahu, kawan, sejak kau dilahirkan orang disekitrmu telah banyak menaruh tanggung jawab dengan ungakapan cita-cita. Dan kau mulai mengejarnya, menuntut ilmu setinggi mungkin hingga jenjang karir. Melakukan ini-itu dan tak boleh ini-itu terkekang budaya dan hukum duniawi hingga jodohpun kau tentukan berdasarkan aturan-aturan ini dan itu.

Renungkanlah kembali kawan, saat dimana kau letakkan sejenak semua beban keduniawianmu dan bersyukurlah padaNya. Bahwa bahagia itu memang sederhana dan hanya datang darimu dalam rupa syukur pada setiap hal terkecil dalam hidupmu itu. Meski aku tau, aku belum merasakan langsung sepatu yang kau kenakan (besarnya masalah yang kau pikul sendiri, dan banyaknya pengalaman hidup yang tlah kau tempuh). Tapi setidaknya semua yang kukatakan ini dapat meringankan beban-beban hidupmu itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar